Thursday, January 10, 2013

apakah anda setuju dengan kenaikan bbm? dan apakah kenaikan bbm sesuai demokrasi?

Q. berhubungan dengan keamanan

A. bagi yg ga paham tentang kenaikan BBM
sy sadur dari tulisan KWIK KIAN GIE
di http//www.koraninternet.com

Tindakan pemerintah menaikkan harga BBM yang berlaku mulai tanggal 24 Mei 2008 jam 00 jelas melanggar Konstitusi. Bagaimana penjelasannya?

Kompas tanggal 24 Mei 2008 memberitakan keterangan Menteri ESDM yang mengatakan bahwa âdengan tingkat harga baru itu, pemerintah masih mensubsidi harga premium sebesar Rp. 3.000 per liter karena ada perbedaan harga antara harga baru Rp. 6.000 per liter dan harga di pasar dunia sebesar Rp. 9.000 per liter.

Dari mana angka Rp. 9.000 per liter yang disebut harga dunia itu? Harga BBM Rp. 9.000 per liter dikurangi dengan biaya lifting, refining dan transporting sebesar Rp. 630 per liter, sehingga harga minyak mentahnya Rp. 9.000 â Rp. 630 = Rp. 8.370. Per barrelnya = Rp. 8.370 x 159 = Rp. 1.330.830. Kalau nilai rupiah kita ambil US$ 1 = Rp. 10.000, harga minyak mentah di pasar dunia sama dengan 1.330.830 : 10.000 = UD$ 133,08.

Sangat-sangat jelas isi pikirannya bahwa harga BBM untuk rakyatnya harus diserahkan sepenuhnya pada âmekanisme persaingan usahaâ yang berlangsung di NYMEX, yang oleh MK dinyatakan bertentangan dengan Konstitusi.

Sekarang memang dinaikkan menjadi Rp. 6.000 per liter. Tetapi ini untuk sementara. Dalam pemberitaan yang sama di Kompas tanggal 24 Mei 2008 tersebut Menteri Keuangan menyatakan bahwa pada harga ini masih belum final. Sebenarnya secara implisit dikatakan bahwa akan diupayakan terus sampai harga persis sama dengan harga di pasar dunia, atau sepenuhnya diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang berlangsung di NYMEX.

Sebelumnya, yaitu seperti yang dimuat di Kompas tanggal 17 Mei 2008 Menko Boediono mengatakan âPemerintah tidak ragu memberlakukan harga pasar dunia di dalam negeri karena langkah ini sudah dilakukan di banyak negara dan berhasil menekan subsidi BBMâ. Apakah masih perlu penjelasan bahwa yang dimaksud Menko Boediono adalah harga BBM di Indonesia diserahkan sepenuhnya pada mekanisme persaingan usaha yang berlangsung di NYMEX? Dan apakah masih perlu penjelasan lagi bahwa Pemerintah jelas-jelas bertindak melawan vonis MK yang dengan sendirinya juga melawan Konstitusi?

PERSAINGAN YANG SEHAT DAN WAJAR?

Lebih gila lagi. Persaingan usaha yang dijadikan landasan mutlak bagi penentuan harga BBM di Indonesia sama sekali tidak sehat dan tidak wajar. Bagaimana penjelasannya?
1.Volume minyak yang diperdagangkan di sana hanya 30% dari volume minyak di seluruh dunia. Sisanya yang 70% diperoleh perusahaan-perusahaan minyak raksasa atas dasar kontrak-kontrak langsung dengan negara-negara produsen minyak mentah. Di Indonesia melalui apa yang dinamakan Kontrak Bagi Hasil atau production sharing.
2.Bagian terbesar minyak dunia diproduksi oleh negara-negara yang tergabung dalam sebuah kartel yang bernama OPEC. Kalau mekanisme persaingan dirusuhi oleh kartel, apa masih bisa disebut sehat dan wajar? Toh para menteri ekonomi kita secara membabi buta menerapkan dalil bahwa harga minyak yalah yang ditentukan di NYMEX itu, walaupun ditentang keras oleh MK.
3.Harga yang terbentuk di NYMEX sangat dipengaruhi oleh perdagangan derivatif dan perdagangan oil future trading yang juga berlangsung di NYMEX. Sekarang ini para akhli mempertanyakan apakah betul bahwa permintaan minyak demikian drastis melonjaknya dan terus menerus seperti grafik harga minyak mentah di NYMEX? Banyak yang dengan argumentasi sangat kuat menuding spekulasi oleh hedge funds melalui future trading sebagai penyebabnya. Kok Indonesia terus ikut-ikutan lotre buntut ini secara membabi buta tanpa peduli apakah rakyatnya akan mati kelaparan atau tidak.

DUA KALKULASI HARGA POKOK BBM. MANA YANG BENAR DAN MANA YANG MENYESATKAN?

Berikut ini saya menyajikan dua buah kalkulasi. Tabel I atas dasar cash basis. Artinya harga pokok adalah uang yang dikeluarkan untuk memproduksi BBM. Tabel II kalkulasi atas dasar replacement value, yaitu yang disebut harga pokok minyak mentah adalah harga yang sedang berlaku di pasar dunia, ketika minyak mentah yang terkandung di dalam BBM dijual dengan penjualan BBM. Harga ini identik dengan harga yang beberapa kali per harinya ditentukan oleh NYMEX, dan sama sekali tidak dibayarkan oleh pemerintah Indonesia, karena minyaknya tinggal menyedot saja dari perut buminya sendiri.




Kita lihat bahwa dalam Tabel I yang menganut faham harga pokok sama dengan uang yang dikeluarkan, pemerintah memperoleh laba atau kelebihan uang tunai sebesar Rp. 3.870 setiap liternya.

Dalam Tabel II, harga pokoknya harus sama dengan harga yang berlaku di NYMEX, yang dalam tabel tersebut diambil US$ 120 per barrel, walaupun Pemerintah tidak mengeluarkan uang ini, karena minyak mentahnya tinggal disedot saja dari perut buminya sendiri. Hasilnya rugi sebesar Rp. 3.677. Angka yang fiktif ini oleh pemerintah disajikan kepada rakyatnya seolah-olah identik dengan pengeluaran uang dari APBN. Maka dikatakan APBN-nya akan jebol, padahal uang tunai yang ada di APBN kelebihan Rp. 3.870 per liternya.

Untuk lebih memperjelas, lihat Tabel II. Harga pokok yang Rp. 7.547 itu kan uang yang oleh Pertamina (milik rakyat) dibayarkan kepada pemerintah (milik rakyat). Kalau jumlah yang Rp. 7.547 ini ditambahkan pada yang dinamakan RUGI atau DEFISIT atau SUBSIDI, jadinya adalah surplus Rp. 3.870, persis sama dengan surplus yang ada di Tabel I.

Kiranya jelas bahwa caranya pemerintah menjelaskan kepada rakyatnya menyesatkan. Penyesatannya terletak di Tabel II, ketika dicantumkan bahwa minyak mentah itu seolah-olah dibeli betulan dari pasar internasional dengan harga US$ 120 per barrel, padahal minyak mentahnya tidak dibeli, melainkan disedot dari perut buminya sendiri.

APAKAH MINYAK MENTAH MILIK RAKYAT DIBERIKAN KEPADA RAKYATNYA DENGAN CUMA-CUMA DI TABEL I?

Sama sekali tidak. Rakyat disuruh membeli minyak mentahnya dengan harga Rp. 3.870. Harga ini dihitung dari harga bensin premium yang Rp. 4.500 dikurangi dengan biaya-biaya out of pocket expenses sebesar Rp. 630 per liternya. Seperti kita masih ingat, harga bensin premium di bulan April tahun 2005 Rp. 2.700 per liter yang dinaikkan menjadi Rp. 4.500 per liter untuk dijadikan ekivalen dengan harga minyak mentah sebesar US$ 60 per barrelnya.

Jadi ketika itu, pemerintah sudah tidak terima atau tidak rela membebani rakyat yang pemilik minyak itu dengan harga (Rp. 2.700 â Rp. 630) = Rp. 2.070. Dengan mencuci otak rakyatnya sendiri seolah-olah minyak mentahnya harus dibeli tunai dengan harga US$ 60 per barrel, maka harga dinaikkan menjadi Rp. 4.500. Sekarang karena harga minyak mentah sudah lebih dari US$ 130 per barrel, pemerintah tidak rela dan tidak terima lagi. Ingin menaikkannya dengan 30% dahulu, tetapi sudah buka suara akan menaikkan lagi di bulan September â Oktober sampai sama dengan harga minyak dunia, seperti yang dinyatakan oleh Menko Boediono di Kompas tanggal 17 Mei 2008. Edan!!

SEKEDAR TEORI TENTANG HARGA POKOK DAN RUGI/LABA

Apakah ada teorinya yang mengatakan bahwa harga pokok barang dagangan yang baru dijual harus sama dengan harga beli dari barang dagangan yang bersangkutan pada saat barang dagangannya dijual, yang dinamakan replacement value?

Penjelasannya begini : ada dua orang pedagang paku (A dan B) yang modalnya masing-masing Rp. 100.000. Harga beli paku Rp. 10.000 per kg. Pakunya dijual habis dengan harga Rp. 15.000 per kg. atau hasil penjualan seluruhnya Rp. 150.000. Harga pokoknya berapa, dan karena itu labanya berapa?

A mengatakan harga pokoknya Rp. 100.000 dan labanya Rp. 50.000. Ketika ditanya mengapa begitu? Dia menjawab : âkarena laba yang Rp. 50.000 bisa saya habiskan untuk konsumsi, dan modal uang saya tetap utuh sebesar Rp. 100.000

B mengatakan : âlaba saya hanya Rp. 30.000, karena ketika saya mau membeli lagi mengisi stok paku sebanyak 10 kg. harganya sudah naik menjadi Rp. 12.000, sehingga untuk mempertahankan stok yang 10 kg. itu saya harus mengeluarkan uang Rp. 120.000. Maka yang bisa saya konsumsi habis tanpa mengurangi stok paku saya hanyalah Rp. 30.000, bukan Rp. 50.000.

A ingin mempertahankan modal uangnya sebesar Rp. 100.000. B ingin mempertahankan modal barangnya berupa 10 kg. paku dalam alam inflasi.

Pemerintah menganut faham si B. Apakah benar pemerintah harus berpikir dan berperilaku demikian kepada rakyatnya sendiri? Dan apakah benar kalau diterapkan pada minyak mentah yang tidak dapat diperbaraui (non renewable commodity).

Bagaimana menjelaskannya dan di mana terletak tipuan atau penyesatan pemerintah kepada bangsanya sendiri? Ikuti artikel berikutnya.

kesimpulannya
SBY & JK melakukan kebohongan publik
Ga DEMOKRATIS & MELANGGAR KONSTITUSI

zona waktu itu apa sih???trus apa untungx bagi qt?
Q. rencana pemerintah menyatukan zona waktu

A. zona waktu adalah pengaturan waktu yang diamut oleh suatu negara
atau wilayah berdasarkan pengaturan waktu dari Coordinated Universal Time (UTC).

Rencana pemerintah menyatukan Zona waktu di Indonesia itu
terinspirasi dari China, yang telah menggabungkan 5 daerah waktu menjadi satu,
ternyata negara itu perekonomiannya tumbuh sangat cepat.

Di kalangan pimpinan ASEAN wacana itu sudah lama ada , contohnya
Pada Mei 2004 di Yogyakarta, para pemimpin 10 negara ASEAN bersepakat
mengadopsi zona waktu Cina, Taiwan, dan Hong Kong. September 2005,
sewaktu pertemuan tingkat Menteri Ekonomi digelar, kesepakatan mentah
oleh ketidaksiapan Myanmar.
Tapi baiklahjita tunggu saja perkembangan lebih lanjut

Pertanyaan wong ndeso nih... jawab yah?
Q. >Faktor apa saja yang membuat harga minyak dunia bisa turun?

>Waktu Indonesia krisis kan USD menguat, sekarang AS yang krisis kok USD masih menguat? terus kapan Rupiah bisa menguat yeah...

sudah itu dulu, terima kasih.

A. Ttg harga minyak dunia -> sama seperti komoditi lain, harga suatu komoditi ditentukan oleh jumlah ketersediaan barang tersebut dan jumlah peminat barang tersebut.

Ketika jumlah peminat naik, sementara jumlah ketersediaan komoditi itu tetap atau justru berkurang, tentu harganya akan naik.

Sebaliknya ketika jumlah peminat turun dan/atau jumlah komoditi tetap/naik, maka harga barang akan turun.

Jadi harga berbanding lurus dengan jumlah mereka yang ingin membeli barang dan berbanding terbalik dengan jumlah ketersediaan barang.

Sekarang dengan harga minyak dunia, apa yang sebenarnya terjadi baru-baru ini sehingga harga minyak turun? Yang terjadi adalah pada saat sebelumnya harga minyak dunia naik (permintaan jauh lebih tinggi dari produksi minyak dunia yg sudah dipatok OPEC).

Jika harga terlampau tinggi tentu pembeli pun berkurang, agar pendapatan negara-negara OPEC ini tidak berkurang banyak, maka mereka pun setuju untuk menaikkan produksi minyak mereka -> jumlah komoditi minyak naik.

Setelah kemudian harga minyak mulai stabil (ya nggak stabil-stabil amat). Tiba-tiba AS sebagai negara yang menjadi konsumen terbesar di dunia mengalami krisis moneter. Yang berakibat pada penjualan/ekspor hampir seluruh negara di dunia. Apa yang terjadi?

Kalau penjualan menurun tentu produksi pun harus diturunkan, buat apa bikin barang kalau cuma untuk disimpan di gudang. Kalau produksi dikurangi, energi yg dibutuhkan juga menurun, sehingga yang dulunya beli minyak gas 50 liter buat produksi 5000 pisang goreng untuk dijual ke Amerika, sekarang cuma beli perlu 5 liter minyak gas untuk ngegoreng 100 pisang goreng buat dijual di pasar sebelah.

Jadi sementara jumlah minyak dunia sudah ditingkatkan, tiba-tiba jumlah pembelinya berkurang. -> harga minyak turun drastis.


Tentang Rp dan USD, waktu Indonesia krisis, USA tidak krisis, sehingga nilai mata uang Indonesia melemah sementara nilai USD tetap. Sehingga ketika dilihat dari sudut pandang Rp, USD terlihat menguat.

Sekarang USA krisis sehingga nilai USD melemah, tapi apa daya, krisis di USA juga berimbas pada Indonesia, banyak industri garmen, sepatu, bola, dll, yang tujuan ekspornya ke USA kehilangan pembeli. Sehingga pendapatan devisa Indonesia juga jadi berkurang banyak.

Akibatnya nilai rupiah pun ikut melemah.

Karena USD bagaimanapun masih dijadikan patokan bagi banyak negara. Dan kepercayaan manusia-manusia ekonomi cukup besar terhadap USD, jauh lebih percaya daripada Rp. Orang masih lebih milih punya USD daripada punya Rp. Hal ini, ditambah dengan turunnya pendapatan devisa negara RI, mengakibatkan Rp melemah jauh lebih daripada melemahnya USD.

Sehingga kalau dilihat tetep saja USD menguat terhadap Rp. Aslinya bukan USD yg menguat, tapi Rp yang melemah dan melemah jauh melampaui USD.

Kapan Rp menguat? Rp tidak menguat pun sebenarnya tidak apa-apa, seandainya kita bisa memanfaatkan lemahnya Rp ini. Salah satunya adalah akibat lemahnya rupiah, maka nilai barang kita jadi lebih murah di luar negeri. Karena diproduksi dengan rupiah dijual dalam USD.

Dan pada saat yg bersamaan rakyat Indonesia memilih membeli produk dalam negeri karena lebih murah dari barang impor (diproduksi dalam USD dijual dalam Rp).

Contoh Jepang dan China justru sengaja berupaya supaya nilai mata uang mereka teap lebih lemah dibanding mata uang lain, dgn tujuan mendorong ekspor-nya ke luar dan mengurangi konsumtifnya masy. terhadap produk luar.

Yang celaka di Indonesia ini, penghargaan terhadap produk Indonesia, baik di luar negeri maupun di dalam negeri masih kurang, akibatnya. Harga murah ekspor tetap sulit, harga mahal eh rakyat Indonesia masih saja mau beli, yg penting biar mahal tapi barang impor dan bermerk.

Udah devisa ga nambah, malah berkurang. Pusing dah pusing, untung saya bukan menteri ekonomi, bukan menteri perdagangan dan industri, bukan direktur Bank Indonesia, bukan juga presiden. hehehe.




Powered by Yahoo! Answers

No comments:

Post a Comment